Beranda | Artikel
Meninggal Di Atas Sunnah
Selasa, 23 Februari 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Meninggal Di Atas Sunnah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 10 Rajab 1442 H / 22 Februari 2021 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Meninggal Di Atas Sunnah

Mu’tamir bin Sulaiman berkata: “Aku menemuhi ayahku, sementara aku sedang bersedih hati.” Maka ayahku berakata: “Apa gerangan yang sedang menimpamu sehingga kamu bersedih?” Aku pun menjawab: “Ada seorang sahabatku wafat.” Ayahku bertanya: “Apakah dia wafat di atas sunnah?” Mu’tamir menjawab: “Iya.” Maka ayahnya berkata: “Jangan kamu bersedih atas kematiannya.”

Ini menjelaskan kepada kita bahwa mati di atas sunnah merupakan salah satu tanda husnul khatimah. Nabi mengatakan dalam hadits:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya amal tergantung dengan penutup amal itu.” (HR. Bukhari)

Ini menentukan. Karena banyak orang-orang yang jarak antara dia dan surga tinggal sejengkal/sehasta namun ternyata ia menutup usia dan hidupnya dengan keburukan. Maka ini menjelaskan kepada kita pentingnya istiqamah di atas sunnah sampai ajal menjemput. Dan salah satu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menjelaskan ini adalah Allah mengatakan:

وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Jangan sekali-kali kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 102)

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

Dan tetaplah kamu beribadah kepada Allah sampai datang yakin (kematian) kepadamu.” (QS. Al-Hijr[15]: 99

Artinya kita perlu menjaga/mengawal amal kita sampai kita bertemu Allah Subhanahu wa Ta’ala, itu hal yang sangat menentukan. Maka kita terus berdoa kepada Allah agar diberi husnul khatimah dan dihindarkan dari su’ul khatimah. Dan kita minta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar kita diwafatkan di atas sunnah.

Kita memohon kepada Allah agar diberikan keteguhan hati. Salah satu doa yang diajarkan Nabi kepada umatnya adalah:

يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku diatas agamaMu (yaitu di atas Islam dan Sunnah).”

Kita meminta kepada Allah agar kita bisa berkumpul bersama orang-orang yang Allah beri nikmat atas mereka. Yaitu generasi Salaf kita yang telah berjalan diatas mnhaj tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Abdullah bin Mas’ud: “Nabi telah meletakkan kami di pangkal jalan itu dan ujungnya adalah surga.” Itu jalan yang telah ditempuh oleh Salafush Shalih kita dan kita ingin menempuhnya. Karena kita ingin berada di tujuan yang sama dengan mereka, kita ingin berada di tempat yang sama dengan mereka.

Ini salah satu keberuntungan yang Allah berikan kepada seorang hamba, yaitu Allah jaga dia di atas sunnah sampai dia bertemu Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka dari dialog antara Mu’tamir bin Sulaiman dengan ayahnya (yaitu Sulaiman bin Mihran) ini memberikan suatu pesan kepada kita istiqamah di atas sunnah merupakan salah satu perkara yang menjadi tujuan kita. Walaupun kita tahu bahwa memegang sunnah itu sangat berat, seperti memegang bara api yang harus kita pegang sampai akhir hayat. Walaupun itu panas, walaupun itu penuh risiko, walaupun itu penuh dengan tantangan, tidak bisa bersantai kemudian kita bisa selamat di atas sunnah itu. Karena setan akan berusaha untuk agar kita keluar darinya.

Maka sunnah itu perlu dipegang. Bahkan dalam hadits diungkapkan dengan:

عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

“Gigitlah dia dengan gigi geraham kamu.”

Ini isyarat bahwa ada orang-orang yang berusaha merebutnya dari kita, maka perlu kita gigit dengan gigi geraham. Ini juga merupakan kinayah bagaimana kesungguhan seorang hamba di dalam memegang sunnah hingga kematian mendatanginya.

Itulah kemuliaan. Maka dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:

الاستقامة هي الكرامة

“Keistiqamahan itu adalah karomah.”

Banyak kita lihat orang-orang yang mungkin di awal perjalanan hidupnya dia memegang sunnah, tapi sangat disayangkan sebelum dia mengakhiri hidupnya dia melepaskan sunnah itu. Sungguh sangat merugi orang-orang yang sudah mendapatkan hidayah sunnah tapi dia membuangnya.

Orang-orang yang diberi nikmat berupa sunnah lalu membuangnya, itu seperti seorang yang berada di jalan yang dia hampir sampai ke tujuan tapi tiba-tiba dia berbelok dari tujuan itu. Lain halnya orang yang memang tidak berada di jalur itu dan tidak melewati jalur itu. Sebagian orang yang telah melewati jalur itu justru berbelok, ini sungguh sangat merugi dan akan mendatangkan penyesalan pada hari kiamat.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49853-meninggal-di-atas-sunnah/